Fadlun, Penjual Buku Kuno
Pernah Didatangi Guruh Soekarno Putra
Kalau mencari buku zaman dahulu (kuno) cari saja ke toko buku Fadlun
di Toko buku bekas Lapangan Merdeka Medan. Toko milik pria berusia 44
tahun bernama Fadlun itu sudah sejak tahun 80-an menjual buku.
Pria yang tinggal di Jalan Rajawali, Gang Buntu, Medan Sunggal itu sudah
lama bergelut menjadi penjual buku terutama buku-buku zaman dulu. Ada
banyak koleksi buku-buku sejarah yagn terbit tahun 60-an hingga tahun
80-an. Toko Fadlun tepat berada di depan proyek yang bakal dijadikan
lahan parkir penumpang kereta api. Saat pertama masuk ke dalam toko
tampak lemari yang terbuat dari kayu dengan rak 3 lantai, satu kursi dan
meja.
“Kebanyakan buku yang saya jual sudah lama, selain saya suka sejarah
saya juga menjiwai buku-buku sejarah,” ujar Fadlun memulai pembicaraan
saat ditemui di tokonya.
Pria berkacamata itu mengatakan kebanyakan buku zaman dulu yang dijualnya sudah tampak usang, warnanya sudah kuning.
“Saat kolektor buku datang mencari buki pernah berpesan sama saya
jangan dibersihkan biarkan saja seperti apa adanya karena menurutnya
nilai jualnya di situ,” jelas Fadlun.
Menurutnya, buku zaman dahulu jarang laku karena tidak semua orang
berminat, kebanyakan lebih memilih buku yang terbaru. Tapi, katanya,
buku zaman dahulu ini harga jualnya tinggi sampai jutaan rupiah. Buku
zaman dahulu ada yang lokal dan mancanegara.
Menurutnya, ada orang yang cinta dengan buku zaman dahulu sehingga
sampai mengeluarkan uang banyak untuk membelinya. Sebut saja seperti
Ichwan Azhari, Ketua Pusat Ilmu Sosial Sejarah (Pusis) Unimed anak
Presiden Soekarno, Guruh Soekarno Putera dan kolektor dari Malaysia.
“Pak Ichwan nyari buku-buku zaman dahulu ke sini. Guruh Soekarno
Putra juga pernah datang mencari buku tentang bapaknya. Saat itu dia
kampanye di Lapangan Merdeka tahun 2010 lalu. Saat itu ia membeli
sebanyak 40 buku separuhnya dari toko saya dan sebagian dari toko
teman-teman,” katanya.
Selain itu, katanya, pembeli juga datang dari dari Aceh dan Jakarta.
Menurut Fadlun, dia mendapatkan buku zaman dahulu dengan membeli ke
tukang loak.
Menurut Fadlun, koleksi buku zaman dahulunya sampai ratusan
eksemplar, namun sudah banyak yang terjual. Harga buku zaman dahulu
mulai dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah tergantung tahunnya.
“Semakin tua tahun penerbitannya semakin mahal pula harga buku
tersebut. Pendapatan bersih saya bisa mencapai Rp5 juta per bulan,” kata
Fadlun.
Fadlun berharap dengan adanya relokasi yang dilakukan oleh Pemko
Medan mereka nantinya lebih diperhatikan lagi. Karena menurutnya
buku-bukunya susah didapat di toko. “Kasihan nanti kalau anak dan cucu
kita tak tahu sejarah Indonesia,” pungkas Fadlun. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar